Jakarta, Warta Pembaruan – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan alasan kenaikan harga telur salah satunya adalah faktor input produksi di tingkat peternak mengalami kenaikan, utamanya pada harga jagung pakan yang sering dijadikan pakan ternak ayam petelur.
Hal itu disampaikan oleh Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa di Jakarta, Rabu (6/3/2024).
“Pemerintah sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) di kalangan petani di angka Rp22.000 hingga Rp24.000 dan di tingkat konsumen HET nya Rp27.000 dengan asumsi harga jagung Rp5000. Namun sekarang harga jagung sendiri di angka Rp7000 di tingkat peternak,” ujar Deputi Gusti
Deputi Bapanas itu menyebutkan bahwa 60 persen pakan untuk ayam itu adalah jagung. Sedangkan komponen lain pun seperti Soybean Meal (SBM), Bungkil dan Katul pun mengalami kenaikan.
“Jagung hampir 60 persen dominan sebagai bahan pakan daripada ayam petelur sehingga sangat dominan pengaruhnya. Kemudian SBM nya naik, Katul nya naik, bungkil kelapa sawitnya naik itu yang menyebabkan input daripada produksi dari peternak telur naik dan sekaligus akan berdampak pada harga di hilir,” ungkap Deputi Gusti.
I Gusti pun menambahkan peternak telur belum lama mendapatkan kenaikan harga karena sebelumnya harga telur di tingkat peternak masih berada di HET.
“Peternak telur belum lama mendapatkan kenaikan telur ini karena beberapa waktu lalu harga telur di tingkat peternak di tingkat Rp22 ribu-Rp23rb di mana harga produksinya pun sudah naik sebenarnya dengan kenaikan harga jagung. Oleh karena itu pasti ada kenaikan sedikit,” tambah Deputi Gusti.
Menyikapi itu, pemerintah berkomitmen terus menjaga harga di sisi hulu sampai hilir menimbang jumlah peternak di Indonesia mencapai 30 ribu yang sebagian besar adalah UMKM dengan produksi telur berada di dalam negeri. ( Red/infopublik.id )
Tags
EKONOMI