Sukabumi, Warta Pembaruan - Ramadhan menjadi bulan yang dirindukan oleh sebagian besar umat Islam. Banyak ragam tradisi menyambut bulan suci Ramadhan yang rutin dilakukan oleh warga Sukabumi, salah satunya yakni tradisi Papajar.
Asal-usul Papajar
Papajar berasal dari dua kata, yaitu Mapag berarti menyambut, dan Pajar berarti fajar atau matahari pagi. Papajar boleh juga dibaca lengkap Mapag Pajar, yakni menyambut fajar.
Fajar yang disambut tak lain adalah terbitnya hari pertama bulan Ramadhan. Tradisi Papajar konon sudah ada sejak abad ke-16.
Seiring berjalannya waktu dan perubahan "profesi" orang-orang Sunda dari semula kebanyakan bertani hingga kini menjalani pekerjaan yang beragam, membuat tradisi-tradisi itu mengalami pergeseran.
Tradisi ini biasanya berlangsung sejak sepekan hingga sehari sebelum Ramadhan. Papajar diisi dengan rekreasi dan makan bersama.
Tradisi ini unik pada mulanya, meski sekarang lebih rekreatif. Semula, Papajar lebih menekankan kepada penantian bulan Ramadhan dan membersihkan diri dari kesalahan kepada sesama manusia. Kini, tradisi tersebut lebih berorientasi melakukan kunjungan ke tempat-tempat wisata dan tempat komersil lainnya.
Tapi berbeda yang dilakukan oleh salah satu Forum ini, Ikatan Pemuda Caringin Koramil (IPCK) yaitu para pemuda yang tergabung dari wilayah Desa Purwasari dan Nyangkowek, Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Mereka lebih mengutamakan dan melestarikan tradisi bertani.
Saudara Rizal selaku Ketua IPCK mengatakan, "Dalam moment Papajar pada tahun ini, kami mencoba untuk mengkombinasikan tradisi terdahulu dengan tradisi-tradisi yang ada saat ini, tetapi intinya tidak mengubah esensinya ", ungkapnya.
"Papajar ini dilakukan sekitar seminggu sebelum Ramadhan hingga sehari sebelum Ramadhan, sejak forum ini berdiri pada Tahun 2018 sampai saat ini, moment tersebut selalu kami isi dengan kumpul bersama anggota melakukan kegiatan, tapi di Tahun 2020 - 2022 kami sempat terhenti melakukan kegiatan karena waktu itu adanya Covid-19 " kata Rizal, dikutip Minggu (10/3/2024). *Red